Kuliah Matrikulasi Batch 5, NHW#5 : Belajar Caranya Belajar
Bismillahirrahmannirrahim.
Pekan kelima di Institut Ibu Profesional saatnya Belajar Bagaimana Caranya Belajar. Saya ingin memulai dengan Nice Homeworknya dulu. Dannn inilah Nice Homework yang Nice πΉ
NICE HOMEWORK #5
*BELAJAR BAGAIMANA CARANYA BELAJAR* (_Learning How to Learn_)
Setelah malam ini kita mempelajari tentang “Learning How to Learn” maka kali ini kita akan praktek membuat Design Pembelajaran ala kita.
Kami tidak akan memandu banyak, mulailah mempraktekkan "learning how to learn" dalam membuat NHW #5.
Munculkan rasa ingin tahu bunda semua tentang apa itu design pembelajaran.
Bukan hasil sempurna yg kami harapkan, melainkan "proses" anda dalam mengerjakan NHW #5 ini yg perlu anda share kan ke teman-teman yg lain.
Selamat Berpikir, dan selamat menemukan hal baru dari proses belajar anda di NHW #5 ini.
Salam Ibu Profesional,
=========================================
Saatnya kita bergulat dengan si Nice ini. Fokus!
Sebelum benar-benar mulai mengeksekusi si NHW#5, saya perlu menengok sejenak ke materi sesi 5: Belajar Caranya Belajar. Kalau ini ada dibuku catatan, saya akan tandai kalimatnya, hanya yang penting saja dan ditebelin pakai bolpoint semacam bold dikomputer itu. Saya kurang suka menandai catatan dengan warna stabilo. Bikin sakit mata rasanya. Nge-jreng. Soalnya waktu sekolah dulu ada loh yang nye-tabilo semua kalimat dibuku tanpa sisa. Maaf, semoga bukan kita ya, mungkin karena semua dianggap penting π. Hehehe.
Menurut saya akan lebih mudah memahami suatu materi jika kita tahu pokok temanya. Yang kemudian dirinci ke cabangnya. Seperti skema pohon bercabang. Semisal tema materi A, mempunyai sub-tema B, C, D. Sub-tema B mempunyai anak tema lagi B1, B2, B3, dst. Dulu saya sering melakukan ini ketika ujian. Satu hari ujian biasanya 2 mata pelajaran. Setiap mata pelajaran pasti punya buku paket, buku LKS (Lembar Kegiatan Siswa), fotocopyan materi, satu atau dua buku tulis. Kan ribet ya, mau ujian bawa buku segudang, berat euy bawanya. Taktiknya saya akan melipat selembar kertas tulis seperti saat kita membuat kipas kertas. Mungkin sekitar 2cm lebarnya. Setelah itu tulis tema pelajaran, sub tema, poin penting, rumus. Setelah habis satu sisi, lanjut ke sisi yang lain. Emmm, mirip cara lipat surat ala jepang. Begitulah. Dan satu kertas bisa muat beberapa materi karena kita hanya menuliskan poin-poin saja. Ringan, mudah dan bisa dibaca dimana saja, sembari naik angkot, sembari nunggu jam masuk, sembari jajan, asal jangan didalam kelas pas ujian. Big NO.
Seperti materi ini, dengan tema : Belajar Caranya Belajar. Ada sub-tema yang dipelajari menurut penafsiran saya, yakni :
1. Tujuan Belajar.
Apa pentingnya belajar caranya belajar? Untuk apa? Jawabanya agar kelak kita mudah merumuskan kurikulum unik bagi anak-anak karena kita pernah menjalaninya. Jadi kita paham apa kelebihan dan apa kekurangannya.
2. Latar Belakang
Membahas fitrah manusia, bahwa fitrah manusia itu belajar. Minat terhadap sesuatu, teknologi dan faktor eksternal. Dari latar belakang kita akan mampu menentukan apa yang perlu dipelajari atau gaya belajar seperti apa yang akan dipakai.
3. Materi dan Media Belajar
Membahas apa yang perlu dipelajari orang tua dan anak, antara lain:
3a. belajar hal berbeda : menguatkan iman, karakter baik dan menemukan passion
3b. cara belajar berbeda : aktif bertanya, aktif berpikir, berpikir skeptik (crosscheck kebenaran informasi)
3c. semangat belajar berbeda : tidak fokus hanya pada nilai
Menguatkan iman dan karakter baik, kembali ke materi pertama di matrikulasi ini, yakni Adab sebelum belajar. Begitu banyak orang berilmu diluar sana namun miskin adab. Saya suka dengan dua poin ini. Adab dahulu baru ilmu. Ilmu dahulu baru amal. Semoga bisa mengaplikasikannya untuk diri sendiri dan keluarga.
4. Strategi belajar
Membahas strategi belajar yang disarankan yakni meninggikan gunung meratakan lembah. Maksudnya mendukung semaksimal mungkin apa yang diminati, disukai dan dikuasai anak bukan sebaliknya.
Untuk materi yang membutuhkan hafalan seperti bahasa dan pelajaran sosial, mengulang-ulang materi, menghafal dan idealnya memahami. Kenapa saya bilang idealnya? Karena memang begitu seharusnya. Dulu saya hanya berfokus pada nilai jadi apa yang dihafal mudah hilang selesai ujian yang tersisa hanya serpihan saja. Hiks. Dengan memahami kita tidak perlu hafal asal sudah paham konsepnya.
Untuk materi eksakta, berlatih soal, melakukan praktikum/percobaan, bongkar pasang alat bisa lebih memantapkan materi. Bahkan bisa jadi karena keseringan latihan soal kita bisa hafal lho jawabannya tanpa harus utak atik rumus itung sana sini.
Mendukung apa yang disukai anak. Sebaliknya jika anak dipaksa sesuatu akan membuatnya tertekan. Saya pernah mengalami ini. Ya karena saya adalah produk kurikulum yang mengharuskan semua siswa lulus dengan nilai memuaskan di segala bidang. Segala bidang. Telungkup wajah ke meja. Hiks.
Jadi ceritanya, entah kenapa ada satu titik saya gak mudeng-mudeng pas pelajaran fisika saat momentum gaya. Kenapa kita musti susah-susah ngitung tinggi pantulan bola? Huh, apa coba untungnya saya pikir waktu itu. Bola mantul ya biarin aja lah. Tapi mau tak mau ya harus bisa. Iya kalau saya mau jadi astronot, harus belajar fisika macam-macam, lah kalau enggak. Eh, maafkan, ini bukan masalah materi fisikanya ya. Hasilnya ya bisa ditebak, seumur saya sekolah, baru kali itu dapat nilai pas di batas kompetensi kelulusan. Tapi satu hal yang saya ingat kata pak guru dikelas, gantungkan cita mu setinggi langit. Setidaknya kalau usaha kita meleset masih berada diantara bintang-bintang. Maksudnya misal batas minimal enam setidaknya kita punya target 9, sehingga misal setelah usaha keras tapi tidak terlalu bagus, masih bisa dapat 8. Ya kan? π. Semoga kesehatan dan keberkahan untuk bapak guru. Aamiin.
5. Interaksi dan komunikasi
Membahas apa peran orang tua, bagaimana cara mengetahui passion anak serta pengembangan cara mengolah kemampuan berpikir anak. Dan ini hanya bisa dilakukan dengan interaksi positif antara anak dan orang tua.
Peran orang tua :
0-8 tahun : sebagai pemandu
9-16 tahun : sebagai teman main untuk anak-anak
17 tahun keatas : sebagai sahabat yang selalu ada untuk mendengarkan segalanya.
Orang tua juga berperan untuk menemukan passion anak, caranya dengan pengamatan, terlibat kegiatan anak kemudian lihat dan dengarkan suara hati anak.
Baik, setelah merumuskan poin penting materi saatnya masuk ke latihan, Nice Homework. Di NHW#5 ini ada 2 hal penting (menurut saya) : praktek membuat desain pembelajaran ala kita dan memunculkan rasa ingin tahu tentang desain pembelajaran.
Yuk mari bahas satu persatu.
1. Praktek membuat desain pembelajaran ala kita.
Desain pembelajaran belajar caranya belajar. Emmm, mungkin sederhananya begini, bagaimana caranya saya belajar, gaya belajarnya seperti apa, apa saja yang diperlukan untuk mendukung gaya belajar itu, apa sih tujuannya belajar, targetnya seperti apa, bagaimana standar nilainya, evaluasi atau ujiannya seperti apa dan lingkungan belajar seperti apa. Nah, itu versi saya. Nanti kita cari tahu versi umum yang benar di nomor dua di bawah ya.
Sebenarnya dari materi kita sudah dituntun untuk mengetahui apa itu desain pembelajaran. Sudah saya tuliskan diatas ada lima poin mulai dari tujuan sampai strateginya. Dan dari sana sudah saya ceritakan juga bagaimana saya belajar. Inilah yang disebut praktek desain pembelajaran ala saya. Masih banyak kekurangan dan perlu diperbaiki jika ingin membuat kurikulum unik untuk anak. Siap bebenah setelah belajar di poin 2 dibawah ini.
2. Memunculkan rasa ingin tahu tentang desain pembelajaran.
Memunculkan = membuat muncul. Yang awalnya belum muncul mesti dimunculin. Aha! Apalah π. Jadi memunculkan rasa ingin tahu artinya kita mesti menimbulkan rasa ingin tahu yang menggebu, ngoprek sesuatu, semacam kepo.
Dan yang dikepoin adalah desain pembelajaran. Apa itu desain ? Apa itu pembelajaran ? Dan apa artinya kalau digabung menjadi desain pembelajaran? Apa saja teorinya? Apa saja modelnya? Bagaimana pengaplikasiannya?
Yap, menurut KBBI (dalam kbbi.web.id) desain/de·sain/ /dΓ©sain/ n 1 kerangka bentuk; rancangan: -- mesin pertanian itu dibuat oleh mahasiswa fakultas teknik; 2 motif; pola; corak: -- batik Indonesia banyak ditiru di luar negeri;
Sedangkan pembelajaran terbentuk dari kata ajar, petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut);berguru kepalang -- , bagai bunga kembang tak jadi, pb ilmu yang dituntut secara tidak sempurna, tidak akan berfaedah; sehingga pembelajaran/pem·bel·a·jar·an/ n proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar;
Sedangkan menurut para ahli, desain bermakna adanya keseluruhan, struktur, kerangka atau outline, dan urutan atau sistematika kegiatan (Gagnon dan Collay, 2001). Selain itu, kata desain juga dapat diartikan sebagai proses perencanaan yang sistematika yang dilakukan sebelum tindakan pengembangan atau pelaksanaan sebuah kegiatan (Smith dan Ragan, 1993, p. 4).
Sedangkan desain pembelajaran adalah kisi-kisi dari penerapan teori belajar dan pembalajaran untuk memfasilitasi proses belajar seseorang (Reigeluth, 1983). Desain pembelajaran juga diartikan sebagai proses merumuskan tujuan, strategi, teknik, dan media. ( https://sukmanotes.wordpress.com/2012/04/10/desain-pembelajaran/). Sedang menurut Syaiful Sagala (2005:136) adalah pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus teori-teori pembelajaran unuk menjamin kualitas pembelajaran. Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa penyusunan perencanaan pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pembelajaran yang dianut dalam kurikulum yang digunakan. Dengan demikian dapat disimpulkan desain pembelajaran adalah praktek penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik. Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman peserta didik, perumusan tujuan pembelajaran, dan merancang “perlakuan” berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya proses ini berdasar pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji secara pedagogis dan dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru, atau dalam latar berbasis komunitas.
Desain pembelajaran adalah suatu prosedur yang terdiri dari langkah-langkah, dimana langkah-langkah tersebut di dalamnya terdiri dari analisis, merancang, mengembangkan, menerapkan dan menilai hasil belajar (Seels & Richey, AECT 1994). Hal tersebut juga dikemukakan oleh Morisson, Ross & Kemp (2007) yang mendefinisikan desain pembelajaran sebagai suatu proses desain yang sistematis untuk menciptakan pembelajaran yang lebih efektif dan efisien, serta membuat kegiatan pembelajaran lebih mudah, yang didasarkan pada apa yang kita ketahui mengenai teori-teori pembelajaran, teknologi informasi, sistematika analisis, penelitian dalam bidang pendidikan, dan metode-metode manajemen.
Dan desain pemebelajaran juga disebut dengan Instructional Design.
The Association for Educational Communications and Technology (AECT) defines instructional design as “the theory and practice of design, development, utilization, management, and evaluation of processes and resources for learning” (Reiser, 2002, p. 1). (https://educationaltechnology.net/instructional-design/).
Dari pengertian diatas, dapat diambil komponen utama pembentuk desain pembelajaran yakni pelajar, tujuan pembelajaran, analisis pembelajaran, strategi pembelajaran, penilaian pembelajaran serta bahan ajar.
Sekarang kita lihat beberapa model desain pembelajaran yang ada, antara lain :
1. Model Dick and Carey
2. Model Hannafin and Peck
3. Model ASSURE
4. Model Kemp
5. Model ADDIE
Setiap model punya karakteristiknya masing-masing dan implementasi yang berbeda. Model Dick and Carey dengan langkah yang prosedural, sementara model Kemp dengan model melingkar. Model ADDIE biasanya digunakan untuk menghasilkan sistem yang cakupannya luas, seperti kurikulum sekolah. Sedang untuk cakupan mikro seperti mata pelajaran didalam kelas bisa menggunakan model ASSURE. Ada lagi model Hannafin and Peck yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk.
Desain pembelajaran sudah sedikit saya pahami, jadi saya berkata pada diri sendiri, "oh seperti ini". Saya menduga ada selubung dibalik kenapa kita disuruh memunculkan rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu lah yang akan mendorong kita untuk semangat mengeksplorasi, semangat belajar sendiri, bukan duduk manis menerima materi. Tapi kita diajak untuk aktif mencari tahu dulu sebelum benar-benar materi diberikan. Secara tidak langsung mungkin ini yang ingin ditularkan oleh IIP kepada kita ketika kelak mendesain kurikulum untuk ananda tercinta. Tidak memberikan materi langsung tapi dipancing keingintahuannya terlebih dahulu. Mungkin seperti itu ya, CMIIW π. Dan lagi-lagi saya menduga, akan ada saatnya NHW kesekian tugasnya adalah benar-benar membuat kurikulum unik keluarga. Ahh... Kita tunggu tanggal mainnya.
Salam (calon) ibu Profesional.
Sehangat Cinta
#RatriFitriana
#KuliahMatrikulasiBatch5
#NHW_5
Pekan kelima di Institut Ibu Profesional saatnya Belajar Bagaimana Caranya Belajar. Saya ingin memulai dengan Nice Homeworknya dulu. Dannn inilah Nice Homework yang Nice πΉ
NICE HOMEWORK #5
*BELAJAR BAGAIMANA CARANYA BELAJAR* (_Learning How to Learn_)
Setelah malam ini kita mempelajari tentang “Learning How to Learn” maka kali ini kita akan praktek membuat Design Pembelajaran ala kita.
Kami tidak akan memandu banyak, mulailah mempraktekkan "learning how to learn" dalam membuat NHW #5.
Munculkan rasa ingin tahu bunda semua tentang apa itu design pembelajaran.
Bukan hasil sempurna yg kami harapkan, melainkan "proses" anda dalam mengerjakan NHW #5 ini yg perlu anda share kan ke teman-teman yg lain.
Selamat Berpikir, dan selamat menemukan hal baru dari proses belajar anda di NHW #5 ini.
Salam Ibu Profesional,
=========================================
Saatnya kita bergulat dengan si Nice ini. Fokus!
Sebelum benar-benar mulai mengeksekusi si NHW#5, saya perlu menengok sejenak ke materi sesi 5: Belajar Caranya Belajar. Kalau ini ada dibuku catatan, saya akan tandai kalimatnya, hanya yang penting saja dan ditebelin pakai bolpoint semacam bold dikomputer itu. Saya kurang suka menandai catatan dengan warna stabilo. Bikin sakit mata rasanya. Nge-jreng. Soalnya waktu sekolah dulu ada loh yang nye-tabilo semua kalimat dibuku tanpa sisa. Maaf, semoga bukan kita ya, mungkin karena semua dianggap penting π. Hehehe.
Menurut saya akan lebih mudah memahami suatu materi jika kita tahu pokok temanya. Yang kemudian dirinci ke cabangnya. Seperti skema pohon bercabang. Semisal tema materi A, mempunyai sub-tema B, C, D. Sub-tema B mempunyai anak tema lagi B1, B2, B3, dst. Dulu saya sering melakukan ini ketika ujian. Satu hari ujian biasanya 2 mata pelajaran. Setiap mata pelajaran pasti punya buku paket, buku LKS (Lembar Kegiatan Siswa), fotocopyan materi, satu atau dua buku tulis. Kan ribet ya, mau ujian bawa buku segudang, berat euy bawanya. Taktiknya saya akan melipat selembar kertas tulis seperti saat kita membuat kipas kertas. Mungkin sekitar 2cm lebarnya. Setelah itu tulis tema pelajaran, sub tema, poin penting, rumus. Setelah habis satu sisi, lanjut ke sisi yang lain. Emmm, mirip cara lipat surat ala jepang. Begitulah. Dan satu kertas bisa muat beberapa materi karena kita hanya menuliskan poin-poin saja. Ringan, mudah dan bisa dibaca dimana saja, sembari naik angkot, sembari nunggu jam masuk, sembari jajan, asal jangan didalam kelas pas ujian. Big NO.
Seperti materi ini, dengan tema : Belajar Caranya Belajar. Ada sub-tema yang dipelajari menurut penafsiran saya, yakni :
1. Tujuan Belajar.
Apa pentingnya belajar caranya belajar? Untuk apa? Jawabanya agar kelak kita mudah merumuskan kurikulum unik bagi anak-anak karena kita pernah menjalaninya. Jadi kita paham apa kelebihan dan apa kekurangannya.
2. Latar Belakang
Membahas fitrah manusia, bahwa fitrah manusia itu belajar. Minat terhadap sesuatu, teknologi dan faktor eksternal. Dari latar belakang kita akan mampu menentukan apa yang perlu dipelajari atau gaya belajar seperti apa yang akan dipakai.
3. Materi dan Media Belajar
Membahas apa yang perlu dipelajari orang tua dan anak, antara lain:
3a. belajar hal berbeda : menguatkan iman, karakter baik dan menemukan passion
3b. cara belajar berbeda : aktif bertanya, aktif berpikir, berpikir skeptik (crosscheck kebenaran informasi)
3c. semangat belajar berbeda : tidak fokus hanya pada nilai
Menguatkan iman dan karakter baik, kembali ke materi pertama di matrikulasi ini, yakni Adab sebelum belajar. Begitu banyak orang berilmu diluar sana namun miskin adab. Saya suka dengan dua poin ini. Adab dahulu baru ilmu. Ilmu dahulu baru amal. Semoga bisa mengaplikasikannya untuk diri sendiri dan keluarga.
4. Strategi belajar
Membahas strategi belajar yang disarankan yakni meninggikan gunung meratakan lembah. Maksudnya mendukung semaksimal mungkin apa yang diminati, disukai dan dikuasai anak bukan sebaliknya.
Untuk materi yang membutuhkan hafalan seperti bahasa dan pelajaran sosial, mengulang-ulang materi, menghafal dan idealnya memahami. Kenapa saya bilang idealnya? Karena memang begitu seharusnya. Dulu saya hanya berfokus pada nilai jadi apa yang dihafal mudah hilang selesai ujian yang tersisa hanya serpihan saja. Hiks. Dengan memahami kita tidak perlu hafal asal sudah paham konsepnya.
Untuk materi eksakta, berlatih soal, melakukan praktikum/percobaan, bongkar pasang alat bisa lebih memantapkan materi. Bahkan bisa jadi karena keseringan latihan soal kita bisa hafal lho jawabannya tanpa harus utak atik rumus itung sana sini.
Mendukung apa yang disukai anak. Sebaliknya jika anak dipaksa sesuatu akan membuatnya tertekan. Saya pernah mengalami ini. Ya karena saya adalah produk kurikulum yang mengharuskan semua siswa lulus dengan nilai memuaskan di segala bidang. Segala bidang. Telungkup wajah ke meja. Hiks.
Jadi ceritanya, entah kenapa ada satu titik saya gak mudeng-mudeng pas pelajaran fisika saat momentum gaya. Kenapa kita musti susah-susah ngitung tinggi pantulan bola? Huh, apa coba untungnya saya pikir waktu itu. Bola mantul ya biarin aja lah. Tapi mau tak mau ya harus bisa. Iya kalau saya mau jadi astronot, harus belajar fisika macam-macam, lah kalau enggak. Eh, maafkan, ini bukan masalah materi fisikanya ya. Hasilnya ya bisa ditebak, seumur saya sekolah, baru kali itu dapat nilai pas di batas kompetensi kelulusan. Tapi satu hal yang saya ingat kata pak guru dikelas, gantungkan cita mu setinggi langit. Setidaknya kalau usaha kita meleset masih berada diantara bintang-bintang. Maksudnya misal batas minimal enam setidaknya kita punya target 9, sehingga misal setelah usaha keras tapi tidak terlalu bagus, masih bisa dapat 8. Ya kan? π. Semoga kesehatan dan keberkahan untuk bapak guru. Aamiin.
5. Interaksi dan komunikasi
Membahas apa peran orang tua, bagaimana cara mengetahui passion anak serta pengembangan cara mengolah kemampuan berpikir anak. Dan ini hanya bisa dilakukan dengan interaksi positif antara anak dan orang tua.
Peran orang tua :
0-8 tahun : sebagai pemandu
9-16 tahun : sebagai teman main untuk anak-anak
17 tahun keatas : sebagai sahabat yang selalu ada untuk mendengarkan segalanya.
Orang tua juga berperan untuk menemukan passion anak, caranya dengan pengamatan, terlibat kegiatan anak kemudian lihat dan dengarkan suara hati anak.
Baik, setelah merumuskan poin penting materi saatnya masuk ke latihan, Nice Homework. Di NHW#5 ini ada 2 hal penting (menurut saya) : praktek membuat desain pembelajaran ala kita dan memunculkan rasa ingin tahu tentang desain pembelajaran.
Yuk mari bahas satu persatu.
1. Praktek membuat desain pembelajaran ala kita.
Desain pembelajaran belajar caranya belajar. Emmm, mungkin sederhananya begini, bagaimana caranya saya belajar, gaya belajarnya seperti apa, apa saja yang diperlukan untuk mendukung gaya belajar itu, apa sih tujuannya belajar, targetnya seperti apa, bagaimana standar nilainya, evaluasi atau ujiannya seperti apa dan lingkungan belajar seperti apa. Nah, itu versi saya. Nanti kita cari tahu versi umum yang benar di nomor dua di bawah ya.
Sebenarnya dari materi kita sudah dituntun untuk mengetahui apa itu desain pembelajaran. Sudah saya tuliskan diatas ada lima poin mulai dari tujuan sampai strateginya. Dan dari sana sudah saya ceritakan juga bagaimana saya belajar. Inilah yang disebut praktek desain pembelajaran ala saya. Masih banyak kekurangan dan perlu diperbaiki jika ingin membuat kurikulum unik untuk anak. Siap bebenah setelah belajar di poin 2 dibawah ini.
2. Memunculkan rasa ingin tahu tentang desain pembelajaran.
Memunculkan = membuat muncul. Yang awalnya belum muncul mesti dimunculin. Aha! Apalah π. Jadi memunculkan rasa ingin tahu artinya kita mesti menimbulkan rasa ingin tahu yang menggebu, ngoprek sesuatu, semacam kepo.
Dan yang dikepoin adalah desain pembelajaran. Apa itu desain ? Apa itu pembelajaran ? Dan apa artinya kalau digabung menjadi desain pembelajaran? Apa saja teorinya? Apa saja modelnya? Bagaimana pengaplikasiannya?
Yap, menurut KBBI (dalam kbbi.web.id) desain/de·sain/ /dΓ©sain/ n 1 kerangka bentuk; rancangan: -- mesin pertanian itu dibuat oleh mahasiswa fakultas teknik; 2 motif; pola; corak: -- batik Indonesia banyak ditiru di luar negeri;
Sedangkan pembelajaran terbentuk dari kata ajar, petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut);berguru kepalang -- , bagai bunga kembang tak jadi, pb ilmu yang dituntut secara tidak sempurna, tidak akan berfaedah; sehingga pembelajaran/pem·bel·a·jar·an/ n proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar;
Sedangkan menurut para ahli, desain bermakna adanya keseluruhan, struktur, kerangka atau outline, dan urutan atau sistematika kegiatan (Gagnon dan Collay, 2001). Selain itu, kata desain juga dapat diartikan sebagai proses perencanaan yang sistematika yang dilakukan sebelum tindakan pengembangan atau pelaksanaan sebuah kegiatan (Smith dan Ragan, 1993, p. 4).
Sedangkan desain pembelajaran adalah kisi-kisi dari penerapan teori belajar dan pembalajaran untuk memfasilitasi proses belajar seseorang (Reigeluth, 1983). Desain pembelajaran juga diartikan sebagai proses merumuskan tujuan, strategi, teknik, dan media. ( https://sukmanotes.wordpress.com/2012/04/10/desain-pembelajaran/). Sedang menurut Syaiful Sagala (2005:136) adalah pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus teori-teori pembelajaran unuk menjamin kualitas pembelajaran. Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa penyusunan perencanaan pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pembelajaran yang dianut dalam kurikulum yang digunakan. Dengan demikian dapat disimpulkan desain pembelajaran adalah praktek penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik. Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman peserta didik, perumusan tujuan pembelajaran, dan merancang “perlakuan” berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya proses ini berdasar pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji secara pedagogis dan dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru, atau dalam latar berbasis komunitas.
Desain pembelajaran adalah suatu prosedur yang terdiri dari langkah-langkah, dimana langkah-langkah tersebut di dalamnya terdiri dari analisis, merancang, mengembangkan, menerapkan dan menilai hasil belajar (Seels & Richey, AECT 1994). Hal tersebut juga dikemukakan oleh Morisson, Ross & Kemp (2007) yang mendefinisikan desain pembelajaran sebagai suatu proses desain yang sistematis untuk menciptakan pembelajaran yang lebih efektif dan efisien, serta membuat kegiatan pembelajaran lebih mudah, yang didasarkan pada apa yang kita ketahui mengenai teori-teori pembelajaran, teknologi informasi, sistematika analisis, penelitian dalam bidang pendidikan, dan metode-metode manajemen.
Dan desain pemebelajaran juga disebut dengan Instructional Design.
The Association for Educational Communications and Technology (AECT) defines instructional design as “the theory and practice of design, development, utilization, management, and evaluation of processes and resources for learning” (Reiser, 2002, p. 1). (https://educationaltechnology.net/instructional-design/).
Dari pengertian diatas, dapat diambil komponen utama pembentuk desain pembelajaran yakni pelajar, tujuan pembelajaran, analisis pembelajaran, strategi pembelajaran, penilaian pembelajaran serta bahan ajar.
Sekarang kita lihat beberapa model desain pembelajaran yang ada, antara lain :
1. Model Dick and Carey
2. Model Hannafin and Peck
3. Model ASSURE
5. Model ADDIE
Setiap model punya karakteristiknya masing-masing dan implementasi yang berbeda. Model Dick and Carey dengan langkah yang prosedural, sementara model Kemp dengan model melingkar. Model ADDIE biasanya digunakan untuk menghasilkan sistem yang cakupannya luas, seperti kurikulum sekolah. Sedang untuk cakupan mikro seperti mata pelajaran didalam kelas bisa menggunakan model ASSURE. Ada lagi model Hannafin and Peck yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk.
Desain pembelajaran sudah sedikit saya pahami, jadi saya berkata pada diri sendiri, "oh seperti ini". Saya menduga ada selubung dibalik kenapa kita disuruh memunculkan rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu lah yang akan mendorong kita untuk semangat mengeksplorasi, semangat belajar sendiri, bukan duduk manis menerima materi. Tapi kita diajak untuk aktif mencari tahu dulu sebelum benar-benar materi diberikan. Secara tidak langsung mungkin ini yang ingin ditularkan oleh IIP kepada kita ketika kelak mendesain kurikulum untuk ananda tercinta. Tidak memberikan materi langsung tapi dipancing keingintahuannya terlebih dahulu. Mungkin seperti itu ya, CMIIW π. Dan lagi-lagi saya menduga, akan ada saatnya NHW kesekian tugasnya adalah benar-benar membuat kurikulum unik keluarga. Ahh... Kita tunggu tanggal mainnya.
Salam (calon) ibu Profesional.
Sehangat Cinta
#RatriFitriana
#KuliahMatrikulasiBatch5
#NHW_5
Comments
Post a Comment